Rabu, 06 Oktober 2010

Riba is a Crime (edisi 20)

Dilihat dari berbagai sisi fiat money ini sangat zalim dan super riba (ribanya berlipat ganda) :

1. Dilihat dari fiqih muamalah

    Kalau dilihat dari sisi fiqih muamalah maka fiat money (uang kartal/uang kertas) ini termasuk riba nasi’ah (tambahan) dan riba fadhl (pertukaran).

    Dari Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Riba itu mempunyai 73 pintu, yang paling ringan ialah seperti seorang laki-laki menikahi ibunya dan riba yang paling berat ialah merusak kehormatan seorang muslim." (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan ringkas dan Hakim dengan lengkap, dan menurutnya hadits itu shahih)

    a. Riba nasi’ah

      Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "(Diperbolehkan menjual) emas dengan emas yang sama timbangannya dan sama sebanding, dan perak dengan perak yang sama timbangannya dan sama sebanding. Barangsiapa menambah atau meminta tambahan maka itu riba." (HR Muslim)








      Fiat money dihasilkan dari bahan secarik kertas yang bisa dibilang tidak bernilai (nihil). Kemudian dicetak dengan gambar dan angka yang menjadikan nilainya berlipat ganda. Di sinilah letak super ribanya.

      Sedangkan dinar dihasilkan dari bahan emas yang bernilai dan hasilnya pun mempunyai nilai yang sama. Dirham pun dihasilkan dari bahan perak yang bernilai dan hasilnya pun mempunyai nilai yang sama.


      b.
      Riba fadhl

      Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah menjual emas dengan emas kecuali yang sama sebanding dan jangan menambah sebagian atas yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali yang sama sebanding dan jangan menambah sebagian atas yang lain, dan janganlah menjual perak yang tidak tampak dengan yang tampak." (Muttafaq Alaih)

      Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Satu dinar ditukar dengan satu dinar, dan satu dirham ditukar dengan satu dirham, tidak ada lebih diantara keduanya”. (HR Ahmad)


      Dalam akad sharf (pertukaran) harus dilakukan matslan bi mitslin (sama dan serupa), baik dari kadar zat maupun takaran atau beratnya. Dalam pertukaran fiat money,tidak terjadi matslan bi mitslinkarena dengan zat yang sama tapi beratnya berbeda.

      Sedangkan dalam akad sharf dirham dengan daniq terjadi matslan bi mitslin yaitu dengan kadar zat yang sama (perak murni) dan berat yang sama (3,11 gram). Satu daniq itu sama dengan 1/6 dirham dengan berat 0,52 gram.

      2. Dilihat secara mikro dan makro ekonomi

      Dalam sepuluh tahun terakhir (januari 2000 sampai januari 2009) saja – bila diukur dengan Dinar – Rupiah telah kehilangan nilai daya belinya sebesar 83%. Dollar yang sering dianggap perkasa-pun tidak terlalu jauh berbeda, pada periode yang sama US$ kehilangan daya beli sebesar 71%.

      Penurunan daya beli fiat money inilah yang menyebabkan harga-harga barang naik. Jadi, sebenarnya yang terjadi bukan harga barang yang naik tapi fiat money yang kita pegang, daya belinya turun terus.

      Berbeda dengan dinar dan dirham yang nilainya tetap/stabil. Sejak zaman Rasulullah Saw sampai sekarang (1430 tahun yang lalu), harga 1 ekor kambing tetap 1 dinar dan harga ekor ayam tetap 1 dirham.

      3. Dilihat dari sisi konspirasi

        Sistem Fiat money merupakan alat utama yahudi untuk melakukan penjarahan dan perampokan kekayaan dunia. Mereka pencetak kertas fiat money sekaligus rentenir bagi negara yang dilakukan melalui bank-bank sentral yang ditanamkan di masing-masing negara.

        Yang mencetak dollar us adalah bank sentral amerika (The Fed/Federal Reserve System). Ingat, bank sentral (the fed) itu bukan milik negara tapi milik swasta yang isinya para rentenir yahudi, jadi yang cetak uang kertas (fiat money) itu bukan negara tapi swasta (milik pribadi/rentenir yahudi). The fed ini buka cabang di seluruh penjuru dunia melalui bank sentral lokal masing-masing.

        Makanya kalau ada negara yang tidak ada bank sentralnya akan diperangi seperti terjadinya revolusi Bolshevik di Rusia karena Rusia pada waktu itu satu-satunya negara besar di eropa yang tidak memiliki bank sentral.

        Ingin tahu berapa keuntungan rentenir the fed? Semenjak woodrow wilson menyatakan sumpah jabatannya tahun 1912, hutang amerika kepada the fed telah meningkat dari 1 milyar dolar menjadi hampir 11 trilyun dolar pada tahun 2010 ini. (Gary Allen, None Dare Call It Conspiracy)

        Lumayan, untung 11.000.000% selama 98 tahun atau 11.224% per tahun atau 935% per bulan, itupun hanya dengan mencetak kertas bergambar yang modalnya hanya us 0,05 dolar per lembar . Ini baru keuntungan dari bunga saja.

        Belum lagi keuntungan yang diperoleh dari seigniorage yaitu selisih biaya cetak. Untuk mencetak us$ 1 dengan biaya us$ 0,05 maka dapat keuntungan 1900%. Itu keuntungan untuk pecahan us$ 1. Bagaimana keuntungan untuk pecahan us$ 100? Untungnya 200.000%. Jadi berapa total keuntungan yang diperoleh rentenir yahudi ini? Tinggal ditambahkan keuntungan dari seigniorage dan keuntungan dari bunga. Silahkan hitung sendiri aja.

        Kepada siapa hutang negara ini dibebankan? Kepada siapa lagi kalau bukan kepada rakyatnya sendiri yaitu pajak-pajak yang dibebankan di segala bidang kehidupan. Bagaimana kalau lewat pajak tidak cukup? Ya menjual aset dan kekayaan negara. Sampai kapan? Sampai negara dan rakyat menjadi bener-bener fakir miskin sehingga tergadailahdiin-nya.

        Semua negara di dunia berkiblat ke amerika, tidak heran kalau nasibnya sama yaitu sama-sama terlilit hutang sama rentenir yahudi. Aneh, kalau masih menganggap amerika sebagai kiblat dalam kemajuan dunia. Sudah tahu masuk jurang, eh malah ikut-ikutan masuk jurang, bangga pula kalau ikut masuk jurang. Na’udzubillah min dzalik.

        Menggunakan bank sentral untuk menciptakan masa inflasi dan deflasi silih berganti untuk mengeruk keuntungan dari rakyat sebanyak-banyaknya telah direkayasa kumpulan rentenir yahudi internasional menjadi sebuah ilmu eksakta yang memukau yaitu ilmu ekonomi batil yang diajarkan di sekolah-sekolah buatan mereka juga.

        Sanering bagian dari Sistem Riba

        Pada tahun 1960-1965 tingkat inflasi fiat money rupiah mencapai 650%. Rupiah dianjlokkan sampai 1/75 dari angka Rp 160/US$ menjadi Rp 120,000 /US$. Karena Rupiah yang sudah tidak tertolong lagi ini, pemerintah waktu itu terpaksa harus mengeluarkan kebijakan yang disebut Sanering Rupiah yaitu memotong tiga angka nol terakhir dari Rupiah lama menjadi Rupiah baru.

        Kebijakan yang dituangkan dalam Penetapan Presiden atau Penpres No 27/1965 itu menjadikan Rp 1,000 (uang lama) = Rp 1,- (uang baru). Isu Sanering Rupiah juga sempat mencuat dipuncak krisis moneter Indonesia 32 tahun kemudian yaitu antara tahun 1997-1998.

        Dalam teori ekonomi riba, pemotongan nilai fiat money tidak terlalu berpengaruh karena semua nilai transaksi tinggal dibagi seribu. Tapi praktiknya, harga-harga tak cuma dikonversikan, melainkan naik.

        Pada Januari 1966 harga BBM naik 2 kali lipat. Tiket bus kota Jakarta naik dari Rp 200,- uang lama menjadi Rp 1,- uang baru (dari angka sepertinya turun) yang berarti naik 5 kali lipat. Tiket kereta api malam kelas ekonomi Jakarta - Surabaya naik dari rp 14.200,- menjadi rp 113,60 uang baru alias naik 8 kali lipat! Harga sepertinya turun padahal naik. Inilah sistem dajjal buatan yahudi yang menipu. Inilah perampokan nilai kekayaan besar-besaran bagi rakyat dan penduduk dunia.

        Meskipun akhirnya Sanering Rupiah tidak dilakukan, seandainya hal itu dilakukan pada tahun tersebut – ini juga bukan hal yang mengejutkan – karena tiga angka nol yang pernah dihilangkan pada tahun 1965 – ternyata balik kembali dalam waktu hanya 32 tahun.

        Negara pemilik pecahan mata uang terbesar di dunia adalah Vietnam, dengan pecahan mata uang Dong Vietnam sebesar 500.000. Sebenarnya tadinya itu Indonesia ada di urutan ketiga, dimana Zimbabwe di urutan pertama dengan pecahan sebesar 10 juta dolar Zimbabwe, lalu Vietnam dengan di rangking kedua dengan pecahan 500.000 Dong Vietnam, selanjutnya Indonesia di peringkat ketiga dengan pecahan 100.000 Rupiah.

        Namun lantaran kemudian Zimbabwe melakukan redenominasi maka Vietnam naik menjadi urutan pertama, dan Indonesia pun naik juga menjadi urutan kedua. Rencananya, Indonesia akan mengikuti jejak langkah Zimbabwe dengan melakukan redenominasi (pemotongan uang).

        Isu pemotongan fiat money rupiah (redenominasi atau sanering) muncul lagi seperti dilansir di republika online, ''Redenominasi berbeda dengan sanering . Ini nilainya tidak berubah, hanya penulisannya disederhanakan,'' kata Kepala Biro Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Iskandar Simorangkir, Selasa (4/5).

        Kesimpulan

        Mau redenominasi ataupun sanering, tetap saja riba is a crime. Meskipun hari ini masih banyak yang menolak dibayar dengan dinar dirham dalam muamalah tapi akan datang suatu masa dimana orang-orang hanya mau dibayar dengan dinar dirham, baik dalam jual beli, utang piutang dan lain-lain sesuai yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw dalamMusnad Ahmad.

        Tidak ada komentar:

        Posting Komentar