Sabtu, 02 Oktober 2010

Bab 5 Wakaf


A.PENGERTIAN

1. Menurut bahasa

Wakaf berasal dari waqf yang berarti radiah (terkembalikan), al-tahbis (tertahan), al-tasbil tertawan) dan al-man’u (mencegah). (Muhammad al-Syarbini al-Khatib, al-‘Iqna fi Hal al-Alfadz Abi Syuza, hal. 319)

2. Menurut istilah (syara’)

Wakaf adalah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya dan memungkinkan untuk diambil manfaatnya guna diberikan di jalan kebaikan.

B. DASAR HUKUM

1. Al-Qur’an

Allah Swt berfirman, “Berbuatlah kamu akan kebaikan supaya kamu mendapat kemenangan”.

(Q.S. Al Hajj 22 : 77)

Allah Swt berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai”. (Q.S. Ali 'Imran 3 : 92)

2. As-Sunnah

Rasulullah Saw bersabda, “Apabila mati seorang manusia, maka terputuslah (terhenti) pahala perbuatannya kecuali 3 perkara : shadaqah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat (baik dengan diajarkan atau melalui tulisan) dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya”.

C. KETENTUAN-KETENTUAN

Menurut Ahmad Azhar Basyir berdasarkan hadits yang berisi tentang wakaf Umar ra maka diperoleh ketentuan-ketentuan sbb :

1. Harta wakaf harus tetap (tidak dapat dipindahkan kepada orang lain), baik dijualbelikan, dihibahkan maupun diwariskan

2. Harta wakaf terlepas dari kepemilikan orang yang mewakafkannya

3. Tujuan wakaf harus jelas (terang) dan termasuk perbuatan baik menurut ajaran Islam

4. Harta wakaf dapat dikuasakan kepada pengawas yang memiliki hak ikut serta dalam harta wakaf sekedar perlu dan tidak berlebihan

5. Harta wakaf dapat berupa tanah dan sebagainya, yang tahan lama dan tidak musnah sekali digunakan.

D. RUKUN dan SYARAT

Dalam wakaf ada syarat umum, rukun dan syarat yang berkaitan dengan rukun tersebut.

Syarat-syarat wakaf yang bersifat umum adalah sbb :

1. Wakaf tidak dibatasi dengan waktu tertentu sebab perbuatan wakaf berlaku untuk selamanya, tidak untuk waktu tertentu. Bila seseorang mewakafkan kebun untuk jangka waktu 10 tahun maka wakaf tersebut batal.

2. Tujuan wakaf harus jelas, seperti mewakafkan sebidang tanah untuk masjid, mushala, makam, pasar Islam, kuttab dan lain-lain. Namun apabila seseorang mewakafkan sesuatu tanpa menyebut tujuannya, hal itu dipandang sah sebab penggunaan benda-benda wakaf tersebut menjadi wewenang lembaga/orang yang menerima harta-harta wakaf tersebut.

3. Wakaf harus segera dilaksanakan setelah dinyatakan oleh yang mewakafkan tanpa digantungkan pada peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang sebab pernyataan wakaf berakibat lepasnya hak milik bagi yang mewakafkan.

Bila wakaf digantungkan dengan kematian yang mewakafkan, ini bertalian dengan wasiat dan tidak bertalian dengan wakaf. Dalam pelaksanaan seperti ini, berlakukan ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan wasiat.

4. Wakaf merupakan perkara yang wajib dilaksanakan tanpa adanya hak khiyar (membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah dinyatakan) sebab pernyataan wakif berlaku seketika dan untuk selamanya.

Rukun-rukun wakaf ialah :

1. Wakif (orang yang berwakaf)

Syarat wakif ialah mempunyai kecakapan melakkukan tabarru yaitu melepaskan hak milik tanpa imbalan materi. Orang yang dikatakan cakap bertindak tabarru adalah baligh, berakal sehat dan tidak terpaksa.

Dalam fiqih ada istilah baligh dan rasyid. Perbedaannya, baligh dititikberatkan pada umur sedangkan rasyid pada kematangan pertimbangan akal, maka akan dipandang tepat bila dalam cakap tabarru disyaratkan rasyid, yang dapat ditentukan dengan penyelidikan.

2. Mauquf (harta yang diwakafkan)

Syarat yang berkaitan dengan harta wakaf (mauquf) merupakan harta yang bernilai, milik yang mewakafkan (waqif) dan tahan lama untuk digunakan. Harta wakaf dapat juga berupa uang yang dijadikan modal, kepemilikan usaha dan lain-lain.

Hal yang penting pada harta yang berupa modal ialah dikelola dengan sedemikian rupa (semaksimal mungkin) sehingga mendatangkan kemaslahatan atau keuntungan.

3. Mauquh ‘alaih (tujuan wakaf)

Syarat mauquf ‘alaih (tujuan wakaf) harus sejalan (tidak bertentangan) dengan nilai-nilai ibadah sebab wakaf merupakan salah satu perbuatan ibadah. Harta wakaf harus segera dapat diterima setelah wakaf diikrarkan. Hendaklah ada lembaga/orang yang menerima harta wakaf.

4. Shighat wakaf (pernyataan wakaf)

Syarat-syarat shighat wakaf ialah dengan lisan, tulisan ataupun dengan isyarat. Wakaf dipandang telah terjadi apabila ada pernyataan wakif (ijab), sedangkan kabul dari mauquf ‘alaih tidaklah diperlukan. Isyarat hanya boleh dilakukan bagi wakif yang tidak mampu dengan lisan dan tulisan.

E. MACAM-MACAM WAKAF

Menurut para ulama secara umum wakaf dibagi menjadi 2 bagian :

1. Wakaf ahli (khusus)

Wakaf ahli disebut juga wakaf keluarga. Maksud wakaf ahli ialah wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik keluarga wakif maupun orang lain. Misalnya seseorang mewakafkan buku-buku yang ada di perpustakaan pribadinya untuk turunannya yang mampu menggunakan.

Wakaf semacam ini dipandang sah dan yang berhak menikmati harta wakaf itu adalah orang-orang yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Masalah yang akan timbul dalam wakaf ini apabila keturunan atau orang-orang yang ditunjuk tidak ada lagi yang mampu mempergunakan benda-benda wakaf, mungkin juga yang ditunjuk untuk memanfaatkan benda-benda wakaf telah punah. Bagaimana nasib harta wakaf tersebut?

Bila terjadi hal-hal tersebut, dikembalikan pada syarat umum yaitu wakaf tidak boleh dibatasi dengan waktu. Dengan demikian meskipun orang-orang yang dinyatakan berhak memanfaatkan benda-benda wakaf telah punah, buku-buku tersebut tetap berkedudukan sebagai benda wakaf yang digunakan oleh keluarga jauh atau bila tidak ada lagi, digunakan oleh umum.

2. Wakaf khairi (umum)

Wakaf khairi ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan umum dan tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu. Wakaf khairi inilah yang benar-benar sejalan dengan amalan wakaf yang amat digembirakan dalam ajaran Islam yang dinyatakan pahalanya akan terus mengalir hingga wakif wafat, selama harta/benda wakaf tersebut masih dapat diambil manfaatnya.

F. SYARAT-SYARAT WAKIF

Dalam wakaf terkadang wakif mensyaratkan sesuatu, baik satu atau lebih. Wakif dibolehkan menentukan syarat-syarat penggunaan harta wakaf. Syarat-ayarat tersebut harus dihormati selama sejalan dengan ajaran Islam.

Misalnya seseorang mewakafkan tanah untuk mendirikan pasar islam, syarat tersebut harus dihormati karena sejalan dengan ketentuan syara’.

Apabila syarat-syarat penggunaan harta wakaf bertentangan dengan ajaran Islam, wakafnya dipandang sah tapi syaratnya dipandang batal.

Misalnya seseorang yang mewakafkan tanah untuk masjid dengan syarat masjid tersebut hanya dipergunakan oleh para anggota perkumpulan tertentu, maka wakafnya dipandang sah tetapi syaratnya tidak perlu diperhatikan.

G. MENUKAR dan MENJUAL HARTA WAKAF

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar ra menceritakan tentang wakaf Umar ra bahwa wakaf tidak boleh dijual, diwariskan dan dihibahkan. Masalahnya ialah apabila harta wakaf berkurang, rusak atau tidak memenuhi fungsinya sebagai harta wakaf, apakah harta benda wakaf itu harus tetap dipertahankan, tidak boleh ditukar atau dijual?

Perbuatan wakaf dinilai ibadah yang senantiasa mengalir pahalanya apabila harta wakaf itu dapat memenuhi fungsinya yang dituju. Apabila harta/benda wakaf berkurang, rusak atau tidak dapat memenuhi fungsi yang dituju, harus dicarikan jalan keluar agar harta itu tidak berkurang, utuh dan tetap berfungsi.

Bahkan untuk menjual atau menukar pun tidak dilarang, kemudian ditukarkan dengan benda lain yang dapat memenuhi tujuan wakaf.

Salah seorang ulama madzhab Hambali yang dikenal dengan nama Ibnu Qudamah berpendapat bahwa apabila harta wakaf mengalami rusak hingga tidak dapat membawa manfaat sesuai dengan tujuannya, hendaklah dijual saja, kemudian uang hasil penjualannya dibelikan benda-benda lain yang akan mendatangkan manfaat sesuai dengan tujuan wakaf dan benda-benda yang dibeli itu berkedudukan sebagai harta wakaf seperti semula.

H. PENGAWASAN HARTA WAKAF

Pada dasarnya pengawasan harta wakaf merupakan hak wakif tetapi wakif boleh menyerahkan pengawasan kepada pihak lain, baik lembaga atau perorangan. Untuk pengawas wakaf yang sifatnya perorangan diperlukan syarat-syarat sbb :

1. Berakal sehat

2. Baligh

3. Dapat dipercaya

4. Mampu melaksanakan urusan-urusan wakaf

Bila syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, qadhi (hakim) berhak menunjuk orang lain yang mempunyai hubungan kerabat dengan wakif. Bila kerabat tidak ada maka ditunjuk orang lain. Agar pengawasan bisa berjalan dengan baik, pengawas wakaf yang bersifat perorangan boleh diberi imbalan/upah secukupnya sebagai gajinya atau boleh diambil dari hasil harta wakaf.

Pengawas harta wakaf berwenang melakukan perkara-perkara yang dapat mendatangkan kebaikan harta wakaf dan mewujudkan amalan-amalan sesuai dengan tujuan wakaf dengan memperhatikan syarat-syarat yang ditentukan oleh wakif.

1 komentar:

  1. assalamu'alaikum Wr Wb

    mas istilah waqaf yang anda tulis kog beda ya sama peraturan perundang-undangan. coba baca uu no 41 tahun 2004 dan pp no 42 tahun 2006

    BalasHapus